Arsip Berita
Keluarga Besar PA Selong Turut Berduka atas Wafatnya Tuan Guru Haji Mustamiuddin Ibrahim
TGH Mustamiuddin Ibrahim bersama istri tercinta, Hj. Kusdiratin
Lombok Timur ǀ www.pa-selong.go.id
Keluarga Besar Pengadilan Agama (PA) Selong Kelas I B turut berduka atas wafatnya Tuan Guru Haji Mustamiuddin Ibrahim. Mantan Ketua Pengadilan Tinggi Agama (PTA) Mataram itu menghembuskan nafas terakhir di rumah kediamannya di Jalan Serayu BTN Kekalik Mataram, Rabu (13/1/2021) pukul 05.30 WITA.
Ketua PA Selong, Ahmad Rifa’i, S.Ag., MHI. beserta jajarannya hadir di rumah duka untuk memberikan penghormatan terakhir kepada almarhum. Mereka ikut melaksanakan sholat jenazah di Masjid Al-Raisiyah dan mengantar jenazah sampai di pemakaman umum Sekarbela.
Kepada Tim PA Selong News, Ketua PA Selongmengungkapkan kesan-kesannya terhadap TGH Mustamiuddin.
“Drs. TGH Mustamiuddin Ibrahim, SH. itu guru besar bagi saya dan warga peradilan. Beliau adalah Dekan Fakultas Syariah Institut Agama Islam Hamzanwadi (IAIH) tempat saya kuliah tahun 1990-1994. Beliau dipercaya Maulana Syaikh TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid untuk merintis berdirinya IAIH,” katanya sepulang dari takziah.
Orang nomor satu di peradilan agama yang wilayah hukumnya mencakup seluruh Kabupaten Lombok Timur itu bangga pernah diajar oleh TGH Mustamiuddin. Tidak hanya di IAIH, tetapi juga di Ma’had Darul Qur’an wal Hadits Al-Majidiyyah As-Syafi’iyyah Nahdlatul Wathan.
“Di Ma’had beliau mengajar Kitab Subulus Salam. Di IAIH mengajar Tafsir Ahkam, Hadits Ahkam, Ilmu Falak dan lain sebagainya. Beliau orangnya konsisten, istiqomah, ikhlas, tidak pernah mengeluh, rajin dan bersahaja,” kenang Ahmad Rifa’i.
Suasana pemakaman TGH Mustamiuddin Ibrahim
Selama mengajar di Pancor, sambungnya, TGH Mustamiuddin tidak pernah mengeluh dan jarang tidak masuk. Padahal beliau tinggal di Mataram.
“Beliau selalu datang mengajar. Malam selesai mengajar beliau pulang ke Mataram. Kadang diantar oleh mahasiswa yang punya sepeda motor sampai Masbagik, atau naik kendaraan seadanya sampai Masbagik. Dari Masbagik beliau naik angkutan umum ke Mataram. Kalau tidak ada, kadang naik truk barang,” ujarnya.
Ahmad Rifa’i sangat terkesan dengan semangat juang TGH Mustamiuddin. Jarak yang jauh dari Mataram dan sulitnya transportasi Mataram – Pancor saat itu tidak menyiutkan semangatnya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Setelah menyandang gelar Sarjana Agama, Ahmad Rifa’i sempat mendaftar anggota Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nusa Tenggara Barat tetapi tidak diluluskan oleh TGH Mustamiuddin.
“Tuan Guru kaget pas melihat saya duduk di hadapan beliau untuk ujian wawancara. Saat itu bulan April 1995. Kata beliau, kamu jangan di sini. Lebih tepat kamu nanti daftar ujian masuk Peradilan Agama. Tunggu saja bulan September 1995. Benar saya tidak lulus masuk MUI,” tuturnya.
Sesuai arahan TGH Mustamiuddin, pada bulan September 1995, Ahmad Rifa’i mendaftar calon pegawai negeri sipil (CPNS) di lingkungan Peradilan Agama dan satu-satunya yang lulus dari IAIH saat itu. Dalam perjalanan waktu, peraih ranking 3 besar lulusan Ma’had itu lulus menjadi hakim pada ujian bulan September 2007.
Ketua PA Selong di ruang kerjanya
“Sebelum dan setelah saya, banyak alumni Pancor yang bergabung di Peradilan Agama. Baik itu hakim maupun non-hakim. Di PA Selong banyak sekali mahasiswa beliau. Juga di pengadilan agama lainnya,” tandasnya.
TGH Mustamiuddin lahir di Suralaga Lombok Timur. Beliau generasi pertama murid dari pendiri Nahdlatul Wathan, TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid. Setelah belajar di Pancor, beliau dikirim Sang Guru untuk melanjutkan kuliah di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta. Beliau kemudian diterima sebagai hakim Peradilan Agama. Selama menjadi hakim, beliau pernah bertugas di PA Ambon dan Mataram, selanjutnya menjadi hakim tinggi di PTA Mataram dengan jabatan terakhir sebagai wakil ketua. Beliau meninggal dunia dalam usia 78 tahun dengan meninggalkan seorang istri, 5 anak dan 6 cucu.
“Kepergian Tuan Guru Mustamiuddin merupakan kehilangan bagi Keluarga Besar Peradilan Agama, tidak terkecuali PA Selong. Selamat Jalan Tuan Guru. Semoga perjuangan dan pengabdian Tuan Guru sebagai hakim dalam menegakkan hukum Allah di muka bumi dan sebagai pengajar dalam mengajarkan ilmu pengetahuan dibalas oleh Allah dengan balasan surga. Dan mudah-mudahan kami dapat melanjutkan perjuangan dan pengabdian Tuan Guru,” pungkasnya. (ahru)